Rabu, 01 April 2020

Untukmu Yang Harus Keluar Rumah Mencari Nafkah



1. Membaca dzikir keluar rumah berikut ini:

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِالله

Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pernah bersabda, barangsiapa membaca dzikir ini saat keluar rumah, maka dia akan di berikan petunjuk, dicukupi kebutuhannya, dan akan dilindungi (dari bahaya apapun). [HR. Abu Dawud: 5095, shahih]
2. Membaca doa singgah di suatu tempat ini:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقْ

Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pernah bersabda: barangsiapa y
ang singgah di suatu tempat, dan dia baca dzikir ini, maka tidak ada sesuatupun yg bisa membahayakannya, sampai dia meninggalkan tempat itu. [HR. Muslim: 2708]

3. Membaca setiap pagi dan sore, surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas sebanyak 3 kali.

Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pernah bersabda: Bacalah Al-Ikhlas dan Al-Mu'awwidzatain, saat pagi dan sore, sebanyak 3 kali, itu akan melindungimu dari segala sesuatu. [HR. Abu Dawud: 5082, Hasan].

4. Membaca dzikir saat melihat orang yg terkena bala' ini:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي عَافَانِي مِمَّا ابْتَلَاكُمْ بِهِ وَفَضَّلَنِي عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلًا

Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pernah bersabda, barangsiapa melihat orang yg terkena bala', dan membaca dzikir ini, maka dia akan diselamatkan dari bala' itu. [HR. Attirmidzi: 3431, Hasan].
5. Bersedekah semampunya .. meski hanya sedikit.

Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pernah bersabda, bahwa sedekah bisa menolak kematian yg buruk. [HR. Attirmidzi: 664, Hasan].

6. Melakukan usaha lahir (sebab kauni) yg bisa menjaga dan menyelamatkan diri dari bala' dan musibah, sebagaimana arahan ahli kesehatan, seperti: memakai masker, makan yg bergizi, istirahat yg cukup, dst.

Kisah Lockdown Nabi Yunus AS



Allah berfirman,
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap:
“Bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami”
(QS: Al Anbiya’: 87-88)
Nabi Yunus AS pernah kesal dan menjauhi (distance) kaumnya karena mereka tidak mau beriman kepada Allah dan risalah-Nya yang ia bawa.

Beliau keluar dari negeri itu dan menaiki bahtera kapal
Allah menghukum Nabi Yunus dengan lockdown di dalam perut ikan paus, Allah ta’ala menghukum Nabi Yunus dengan lockdown(diisolasi) di dalam perut ikan paus.

Itulah kisah nyata yang direkam oleh Allah dalam Qur’an Surah al-Anbiya: 87-88, Surah As-Shaffat: 139-148, Surah Yunus: 98.

Peristiwa isolasi dan lockdown ini termasuk peristiwa paling mengerikan dalam sejarah manusia
Beliau hidup sendirian tiada kawan. Gelap tiada cahaya. Panas lemak ikan paus tiada ventilator.
Sepi senyap tiada sinyal apapun.
Tak ada listrik apalagi internet.
Mau berteriak minta tolong?
Mustahil didengar manusia karena lockdown 3 lapis kegelapan: Malam hari, Dalam perut ikan dan Di dasar lautan dalam.
Apa yang terjadi?
Nabi Yunus hanya pasrah kepada Allah, dia berdzikir dengan penuh keyakinan
1.    Melafalkan tauhid, laa Ilaha Illa anta
2.    Malafalkan tasbih, subhanaka, dan terakhir melakukan pengakuan dosa dan taubatan nasuha, “Inni kuntu minazzalimin”

“Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah: Laa Ilaha Illa Anta, Subhanaka Inni Kuntu Minaz Zalimin.
(Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk di antara orang-orang yang berbuat aniaya). Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya”
(HR. Tirmidzi no. 3505)

Amal soleh yang kita lakukan di waktu lapang, akan menjadi penolong kita ketika sempit
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan prinsip ini kepada Ibnu Abbas,
”Kenali Rabmu ketika lapang, dia akan mengingatmu ketika susah.” (HR. Ahmad 2803 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Karena itu, anda perlu ingat, amal soleh yang kita lakukan di waktu lapang, akan menjadi penolong kita ketika sempit. Ibnul Qoyim menjelaskan,
Amal soleh bisa memberikan pertolongan kepada pelakunya di sisi Allah dan menjadi sebab dia diperhatikan ketika dalam kondisi kesusahan. Allah ta’ala berfirman tentang Dzun Nun (Nabi Yunus), (yang artinya)’ Kalau sekiranya dulu dia bukan termasuk orang-orang yang banyak bertasbih, Niscaya dia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.’ (Madarij as-Salikin, 1/329).

Sudah saatnya kita tidak membiarkan setiap kesempatan yang kita miliki berlalu sia-sia. Hanya dengan modal gerakan lisan, kita bisa mendulang banyak pahala. Jadilah orang yang rajin bertasbih, kapanpun dan dimanapun.

Kamis, 26 Maret 2020

3 Kelompok Menurut Islam dalam Menghapai Wabah Bala Penyakit



Ada 3 Sikap Kelompok Aliran Teologi Dalam Islam Ketika Menghadapi Wabah Bala Penyakit
1.    Jabariyyah
-        Menyerahkan Sepenuhnya Pada Takdir Allah, Namun Tanpa Ada Usaha dan Ikhtiar.
-        Pandangan kelompok ini menganggap bahwa semua wabah penyakit itu semata berasal dari Allah Subhanahuwata'ala.
Namun, mereka tidak mau peduli dengan usaha syariat untuk menghindarinya.
-        Mereka berpandangan sekiranya mereka terkena wabah penyakit tersebut merupakan takdir dari Allah.
-        Kalau pun nanti meninggal dunia itu pun juga sudah takdir dari Allah.
-        Sekiranya mereka selamat -tidak terkena apa-apa- itu pun juga sudah takdir dari Allah subhanahuwata'ala.
-        Mereka tak peduli masker, tak peduli alat pencegahan kesehatan, dan tak peduli orang lain, mereka hanya peduli keyakinan mereka semata.
-        Himbauan medis tidak ada dalam kamus mereka, kecuali jika memang sudah parah kondisinya, itu pun jika sudah terpaksa.
-        Contoh slogannya, misalnya : "Kami hanya takut kepada Allah, tidak takut Corona! Corona itu juga makhluk Allah!" (tanpa mengindahkan arahan dan himbauan dunia medis).
-        Kelompok tersebut hanya peduli pada keyakinan mereka sendiri, tanpa memperdulikan efek serta dampak yang bisa saja ditimbulkan dari kelompok mereka sendiri dari penyebaran virus itu pada orang sekitarnya.
-        Intinya, kelompok paham Jabariyyah ini hanya peduli pada pemberi "Asbab", bukan pada "Musabbab".
Yakin hanya pada Allah, tapi tidak yakin pada Sunatullah-Nya.
2.    Qadariyyah
-        Sepenuhnya Yakin Pada Kekuatan Diri Sendiri, Tanpa Melibatkan Kekuatan Allah Subhanahuwata'ala Sama Sekali.
-        Cara berpikir kelompok ini seringkali mengandalkan kemampuan diri sendiri atau orang lain yang dianggapnya kuat atau kemampuan seorang pemimpin atau para pengelola negara yang mereka yakini kemampuannya.
-        Mereka hanya berkeyakinan penuh pada kecanggihan peralatan medis serta kemajuan ilmu pengetahuan. Namun, menafikan Allah Subhanahuwata'ala dalam setiap peristiwa dan kejadian.
-        Biasa mereka berslogan, umpamanya : "Kami tidak takut Corona. Ayo kita lawan Corona!" atau "Peralatan medis kita sudah canggih! Corona tak akan masuk ke Indonesia!" dsb.
-        Kelompok paham ini seringkali lebih mengandalkan logika dan rasio, ketimbang keyakinan hati dan iman. Semua dinilai secara materialistik dan realistik.
-        Intinya, paham Qadariyyah ini hanya melihat dan meyakini faktor "Musabbab", namun mengabaikan Sang Pemberi "Asbab".
3.    Ahlu Sunnah wal Jama'ah
-        Menyeimbangkan Antara Ikhtiar dan Tawakkal.
-        Kelompok Ahlu Sunnah wal Jama'ah memiliki sikap dan pandangan mu'tadil dan mutawasith; seimbang dan berimbang.
-        Mereka tidak terlalu takut berlebihan dan tidak pula menantang penuh kesombongan. Menyeimbangkan antara ikhtiar dan tawakkal.
-        Mereka selalu berusaha bertawakkal mendekatkan diri pada Allah subhanahuwata'ala dengan doa dan dzikir, namun pada saat yang sama, mereka juga selalu berikhtiar dengan obat-obatan yang membuat fit badan.
-        Mereka senantiasa menjaga kebersihan fisik dan juga kebersihan bathin.
-        Mereka berdoa dan memakai masker bila diperlukan.
-        Kelompok ini mengikuti aturan medis juga mematuhi dan tunduk pada aturan agama dan ilmu pengetahuan. Keseimbangan antara nalar dan iman, kesetaraan antara hati dan logika akal.
-        Jika disarankan agar mereka menghindari penyebab antiasipasinya, misalnya menjauhi kerumunan massa, mereka akan lakukan, tapi mereka juga tak lupa berlindung dengan Allah dari segala kemudharatan.
-        Kelompok ini berkeyakinan bahwa Allah yang menjadi "Musabbab", tapi juga Dia yang menciptakan "Asbab". Dia yang menurunkan bala wabah penyakit, namun Dia pula yang memberikan cara menghindari dan penyembuhan wabah penyakit tersebut.
-        Kita bisa belajar dari sikap dan tindakan Khalifah Rasulullah Shallahu alaihi wassalam, Manakala Khalifah Umar bin Khattab dan pasukannya membatalkan rencananya memasuki kota Syam yang ketika itu sedang terserang wabah penyakit -sewaktu di kota Sargh- salah seorang sahabat bernama Abu Ubaidah al- Jarrah mendebatnya.
"Akankah kita akan menghindar dari takdir Allah, wahai Amirul mukminin?!"
Lantas Umar bin Khattab menjawab:
"Benar! Kita menghindari dari satu takdir Allah kepada takdir-Nya yang lain!"
Tak berapa lama, datanglah sahabat lainnya, Abdurrahman bin Auf yang menyampaikan hadits Rasulullah yang pernah didengarnya saat ia masih bersama Rasulullah semasa hidupnya.
Rasulullah bersabda: "Jika kalian mendengar adanya satu wabah penyakit di satu negeri, maka janganlah kalian memasukinya dan jika kalian berada di negeri itu, maka janganlah pula kalian meninggalkannya karena menghindarinya."
[HR. Bukhari]
-        Nah tentang soal tawakkal, kita bisa belajar pula dari kisah salah seorang sahabat Nabi yang meninggalkan tali kekang untanya terlepas begitu saja, tanpa diikatkan di sebuah batu saat ia memasuki masjid Nabawi untuk beribadah.
Lantas Rasulullah menegurnya, "Kenapa tidak kau ikat untamu itu?!"
Di menjawab: "Aku serahkan untaku pada Allah, ya Rasulullah! Jika Allah menghendaki-Nya dia tetap ada bersamaku. Tapi jika Allah menghendakinya hilang, maka dia hilang dariku!"
Rasulullah tersenyum.
"Bukan begitu caranya!"
Nabi lantas mengajarkan ikhtiar dengan cara memintanya mengikat untanya, lantas Nabi bersabda:
"Sekarang barulah engkau bertawakkal dan serahkan semuanya pada Allah!"
Begitulah ajaran Rasulullah dalam bertawakkal yang sesuai sunnah dan ajaran Islam.
Jika pun semua ikhtiar dan tawakkal sudah sepenuhnya dilaksanakan secara maksimal, hasilnya tidak sesuai yang diharapkan, barulah kita bicara soal takdir. Bukan takdir tanpa ikhtiar tanpa tawakkal, bukan?!!
Wallahu 'alam.


Merubah Takdir



Suatu Hari, Malaikat Maut Mendatangi Nabi Ibrahim A.S, Lalu Bertanya :
Malaikat “Siapa Anak Muda Yang Tadi Mendatangimu Wahai Ibrahim ?
Nabi Ibrahim Itu Tadi Sahabatku & Sekaligus Muridku.

Malaikat Ada Apa Dia Datang Menemuimu..?

Nabi Ibrahim Dia Ingin Menyampaikan Akan Menikah Besok Pagi.

Malaikat : Wahai Ibrahim, Sayang Sekali, Umur Anak Itu Tidak Akan Sampai Besok Pagi.

Habis Berkata Seperti Itu, Malaikat Maut Pun Pergi Meninggalkan Nabi Ibrahim.
Hampir Saja Nabi Ibrahim A.S Tergerak Untuk Memberitahu Anak Muda Tersebut, Guna Menyegerakan Pernikahannya Malam Itu Juga, Dan Memberitahu Tentang Kematiannya.
Tetapi Langkahnya Terhenti.
Nabi Ibrahim A.S Memilih Kematian Tetap Menjadi Rahasia Allah.
Esok Paginya, Nabi Ibrahim A.S Ternyata Melihat & Menyaksikan Anak Muda Tersebut Melangsungkan Pernikahannya.

Haripun Berganti, Minggu Berganti, Bulan Berganti, & Tahun Pun Berganti Tahun,
Nabi Ibrahim A.S Malah Melihat Anak Muda Ini Panjang Umurnya Sehingga Usianya 70 Tahun..
Nabi Ibrahim A.S Pun Bertanya Kepada Malaikat Maut,
Kenapa Malaikat Berbohong Tempoh Hari,
Menyampaikan Jika Anak Muda Itu Akan Mati Besok Pagi,
Ternyata Tidak Mati, Bahkan Umurnya Panjang..

Malaikat Maut :
Dirinya Memang Akan Mencabut Nyawa Anak Muda Tersebut, Kerana Allah Menahannya,
Dan Kenapa Allah Swt Menahan Tanganku Untuk Tidak Mencabut Nyawa Anak Muda Itu (Dahulu)...?
Ketahuilah Wahai Ibrahim,
Bahawa Di Malam Menjelang Pernikahannya,
Anak Muda Tersebut Menyedekahkan 7 Dirham Untuk Anak2 Yatim, Lalu Anak2 Yatim Mendoakan Nya.
Allah Mengganti Setiap Dirham 10 Th
Dan Aku Di Perintah Kan Oleh Allah. Untuk Tdk Mencabut Nyawa Anak Muda Tersebut Sblm Usia Nya 70 Th.
Dan Inilah Yang Membuat Allah Memutuskan Untuk Memanjangkan Umur Anak Muda Tersebut,
Hingga Engkau Masih Melihatnya Hidup..
Kematian Memang Di Tangan Allah Swt,
Justru Itu, Memajukan Dan Memundurkan Kematian Adalah Hak Allah.
Dan Allah Memberitahu Lewat Kalam Rasulnya, Muhammad Saw Bahwa Sedekah Itu Bisa Memanjangkan Umur

Saudaraku, Marilah Kita Perbanyak Bersedekah

Mari Kita Awali Sedekah Kita Ini, Dengan Mengirimkan Kisah Yg Bermanfaat Ini, Baik Kepada Keluarga, Saudara & Handai Taulan Kita...Semoga Yg Bilang Aamiin Diberi Rezeki Yg Melimpah Besok Pagi Aamiin.

Selamat Bersedekah Dengan Tulisan Ini,
Semoga Dicatat Sebagai Ibadah...
Aamiin...


Selasa, 25 Februari 2020

Kisah Seseorang yang Bebas dari Siksa Kubur karena Shalawat Nabi



Suatu hari seorang ibu tua mendatangi Imam Al-Hasan Al-Bashri. Ia baru saja ditinggal mati anaknya yang perempuan. Kepada Al-Hasan Al-Bashri, ia menyampaikan kerinduan mendalam kepada anaknya. Ia merasa kehilangan. Ia ingin mengetahui keadaan si anak. Ia ingin berjumpa dengan anaknya meski dalam mimpi. Al-Hasan Al-Bashri memahami perasaan yang dialami tamu tersebut. Ia kemudian menyarankan si ibu untuk melakukan sembahyang empat rakaat setelah sembahyang Isya. 

“Bacalah Surat Alhakumut Takatsur sekali setiap rakaat setelah pembacaan Surat Al-Fatihah. Lalu berbaringlah. Bacalah shalawat nabi hingga kau tertidur.” Perempuan itu mendengarkan baik-baik fatwa Al-Hasan Al-Bashri. Ia segera pulang dan menjalankan fatwa tersebut. Terjadilah apa yang dikehendaki si ibu. Ia dapat berjumpa dengan anak perempuannya yang telah meninggal.
Tetapi ia begitu terkejut melihat anaknya terbelenggu dan terpasung dalam siksa kubur. Bangun tidur, ia kembali menemui Al-Hasan Al-Bashri. Ia mengabarkan kondisi anaknya di alam barzakh. Mendengar cerita si ibu, Al-Hasan Al-Bashri pun sempat gelisah dan bimbang sesaat. Al-Hasan Al-Bashri menyarankan tamunya untuk bersedekah yang amalnya dihadiahkan untuk ahli kubur yang dimaksud.
Ibu tersebut pulang. Ia mengikuti saran Al-Hasan Al-Bashri. Benar saja, kondisi anaknya berubah di alam kubur. Tetapi kali ini Al-Hasan Al-Bashri yang justru mimpi bertemu anak perempuan tersebut. Pada malam itu, Al-Hasan Al-Bashri seperti berada di taman surga yang terdapat sofa bagus di dalamnya. Di taman itu Al-Hasan Al-Bashri melihat seorang perempuan muda yang cantik dengan mahkota cahaya di kepala. “Apakah Tuan mengenal saya?” perempuan muda itu menyapa Al-Hasan Al-Bashri. “Tidak.” “Aku putri dari seorang ibu tua yang mengunjungi Tuan.” “Iya, tetapi bukan seperti (sebaik) ini ibumu menceritakan kondisimu,” kata Al-Hasan Al-Bashri terheran. “Tuan benar, kemarin-kemarin keadaanku memang demikian (buruk dan tersiksa).” “Lalu dengan apa kau mendapat kemuliaan seperti ini?” “Di alam barzakh, kami berjumlah 70.000 orang menerima siksa kubur. Tetapi suatu hari ada seorang saleh yang baik hati melewati pemakaman kami.
Ia membaca shalawat nabi sekali dan menghadiahkan pahalanya untuk kami sehingga Allah membebaskan kami dari siksa tersebut melalui keberkahan Rasulullah SAW. Keadaanku sampai berubah (180 derajat menjadi baik) seperti Tuan lihat sekarang,” jawab perempuan tersebut.

Cerita ini dikutip dari Tsimarul Yani‘ah fir Riyadhil Badi‘ah karya Syekh M Nawawi Banten. (Syekh M Nawawi, Tsimarul Yani‘ah, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa tahun], halaman 92). Wallahu a'lam. Alfatihah

Kamis, 13 Februari 2020

Saksi Hidup Nabi Sampai Saat ini

 Image result for as-syajarah al-mubarakah


Sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Rasulullah pernah ikut paman beliau, Abu Thalib pergi berdagang ke Syam. Dalam perjalanan, mereka berhenti sebentar untuk beristirahat berteduh dibawah sebuah pohon.

Tidak jauh dari tempat mereka beritirahat, ada sebuah biara yang didiami oleh para pendeta Nasrani. Dari biara itu seorang pendeta bernama Buhaira sedang memperhatikan mereka.
Pendeta itu bergegas keluar dan menuju ke arah mereka beristirahat. Lalu bertanya tentang diri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan meminta izin untuk bertemu dan memeriksa Rasulullah.
Diamati satu persatu tubuh Rasulullah, lalu memegang tangan Rasulullah dan berkata: “Aku bersumpah kepadamu, dan demi Tuhan yang esa, agar engkau menjawab pertanyaan-pertanyaanku ini dengan jujur!”.
Rasulullah menjawab: “Bertanyalah!”
Pendeta Buhaira bertanya: “Apakah yang paling kau suka perhatikan? ”
Rasulullah menjawab, “Langit dan bintang-bintangnya.”
“Apakah kau juga bermimpi? ”
“Ya, dan apa saja yang aku lihat dalam mimpi, aku lihat juga dalam keadaan berjaga.”
“Boleh aku melihat di antara kedua bahumu ? ”
“Ya, silakan!”
Buhaira mendekati Rasulullah dan menyingkap jubah yang dipakai beliau, diantara kedua bahunya ia melihat cap kenabian (Khatamun Nubuwah) sebesar buah apel, lalu berkata: “Sama!”.
Abu Thalib bertanya, “Apa maksudmu? Sama dengan apa? ”
Buhaira menarik lengan Abu Thalib dan membawanya jauh dari rombongan dan bertanya: “Katakan kepadaku. Apa hubungan kamu dengan anak ini?”
Abu Thalib menjawab: “Dia anak ku!”.
Buhaira menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak mungkin Dalam perkiraanku, ayah anak ini telah meninggal dunia. ”
Abu Thalib terkejut dengan apa yang dikatakan Buhaira. “Benar, Dia adalah anak saudaraku. Ayahnya adalah adikku. Ia meninggal dunia sebelum dia dilahirkan, dan aku sangat mencintainya seperti mana aku mencintai anak-anakku sendiri”
Buhaira berkata kepada Abu Thalib, “Anak ini akan menjalani kehidupan yang gemilang dan luar biasa di kemudian hari. Aku khawatir, jika orang lain mengetahui apa yang telah aku lihat dan mereka mengenalinya, mereka akan membunuh anak ini. Sembunyikan dan lindungi dia. Dialah penghulu dan utusan Rabb alam semesta, dia diutus oleh Alloh sebagai rahmat bagi alam”.
“Bagaimana kamu ketahui tentang hal ini?”
“Ketika rombongan kamu muncul dan berhenti berteduh, aku melihat pohon bersujud kepadanya dan pohon ini tidak akan bersujud kecuali kepada seorang Nabi. Dialah Nabi yang ditunggu-tunggu. Aku dapat mengetahuinya melalui tanda-tanda yang dinyatakan dalam Kitab-kitab Taurat dan Injil. Tanda kenabian yang terletak pada bagian bawah tulang rawan diantara kedua bahunya yang mirip buah apel, menguatkan lagi kepercayaan aku tentang perkara ini”
Setelah itu, Rasulullah pun dipanggil untuk menemui Buhaira. Ketika Rasulullah berjalan, tiba-tiba saja awan menaungi beliau. Pohon yang sebelumnya menaungi rombongan, tiba-tiba saja berpindah menaungi Rasulullah. Semua rombongan termasuk Abu Thalib, takjub dengan apa yang terjadi.
Ketika Rasulullah membawa dagangan Sayyidah Khadijah bersama Maysarah, beliau kemudian bersandar di bawah pohon ini. Seorang pendeta yang bernama Nestor (Nestorius) mendatangi rombongan beliau, kemudian bertanya kepada Maysarah, Siapa orang yang berteduh di bawah pohon tersebut. Maysarah menjawab bahwa dia adalah seorang laki-laki dari suku Quraisy, keluarga pengurus ‘al-Haram’ (Kaabah). Lalu Nestorius pun berkata kembali: “Tidak ada seorang pun yang datang berteduh di bawah pohon tersebut, kecuali dia seorang nabi”.

Inilah as-syajarah al-mubarakah (pohon yang diberkati) dan merupakan satu-satunya sahabat Rasulullah yang masih hidup sampai saat ini (the only living sahabi).
Ia tumbuh di tengah-tengah gurun pasir tandus Buqa'awiyya, namun tetap tumbuh subur dan berbuah. Secara geografis, pohon ini dekat dengan kota Bosra di Syria.
Semoga kelestarian Pohon Nabi ini tetap terjaga, dan semoga aman dari tangan jahil orang orang yang mengatas namakan syirik kemudian dengan kekuasaannya menebangnya.

Wallahua'lam bisshawab

Rabu, 12 Februari 2020

Keutamaan Shalat Sunnah

Image result for Shalat



Banyak sekali keutamaan shalat Sunnah. Diantaranya:

1. Menyempurnakan shalat wajib dan menambal kekurangannya

Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda,

أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صلاَته فَإِنْ كَانَ أَتَمَّهَا كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ لَمْ يكن أَتَمَّهَا قَالَ الله -عز و جل- لِمَلائِكَتِهِ: انْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ لِعَبْدِى مِنْ
 تَطَوُّعٍ فَتُكْمِلُونَ بِهَا فَرِيضَتَهُ ثُمَّ الزَكَاة كذلك ثُمَ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى حَسَبِ ذَلِكَ
“Amalan yang pertama kali akan diperhitungkan dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun, jika shalatnya tidak sempurna Allah Ta’ala berkata pada malaikat-Nya, “Lihatlah kalian apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah, maka sempurnakanlah shalat wajibnya? Kemudian zakat pun demikian. Kemudian amalan-amalan lainnya hampir sama seperti itu.” (HR. Abu Daud, no. 864, dan Ibnu Majah, no. 1425 dan Ahmad, no. 103. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shahihul Jami’)

2. Shalat Sunnah mengangkat derajat dan menghapus dosa

ٌRasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda,

عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً
“Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat). Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu.”  (HR. Muslim, no. 488)

3. Banyak shalat sunnah merupakan sebab terbesar masuk Surga dan menjadi pendamping Nabi di Surga

Dari Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami radhiyallahu’anhu, beliau berkata,

كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ ، فَقَالَ لِي: سَلْ، فَقُلْتُ: أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ، قَالَ: أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ ، قُلْتُ: هُوَ ذَاكَ، قَالَ: فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
Aku pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku menyiapkan air wudhu` dan keperluan beliau. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Mintalah sesuatu!’ Maka sayapun menjawab, ‘Aku meminta kepadamu agar memberi petunjuk kepadaku tentang sebab-sebab agar aku bisa menemanimu di Surga’. Beliau menjawab, ‘Ada lagi selain itu?’. ‘Itu saja cukup ya Rasulullah’, jawabku. Maka Rasulullah bersabda, ‘Jika demikian, bantulah aku atas dirimu (untuk mewujudkan permintaanmu) dengan memperbanyak sujud (dalam shalat)‘” (HR. Muslim, no. 489).

4. Shalat sunnah adalah amalan badan yang paling utama setelah jihad

Dalam hadits Tsauban Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan,

استَقِيمُوا ولنْ تُحْصُوا، واعْلَمُوا أنَّ خَيْرَ أعْمَالِكُم الصَّلاة ولا يحافظ على الوضوء إلا مؤمن
“Istiqomahlah dan kalian tidaklah akan mampu (untuk istiqomah dalam semua ketaatan dengan sebenar-benar istiqomah), dan ketahuilah bahwa sebaik-baik amal kalian adalah shalat dan tidak menjaga wudhu kecuali seorang mukmin.” (HR. Ibnu Majah dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwa’ al-Ghalil)

5. Shalat Sunnah di rumah akan menghasilkan keberkahan

Dari Jabir radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا قَضَى أَحَدُكُمُ الصَّلاَةَ فِـي مَسْجِدِهِ فَلْيَجْعَلْ لِبَيْتِهِ نَصِيْباً مِنْ صَلاَتِهِ، فَإِنَّ اللهَ جَاعِلٌ فِي بَيْتِهِ مِنْ صَلاَتِهِ خَيْرًا
“Jika salah seorang di antara kalian telah menunaikan shalat di masjidnya, maka hendaklah ia memberi jatah shalat bagi rumahnya. Karena sesungguhnya Allah menjadikan kebaikan dalam rumahnya melalui shalatnya.” (HR. Muslim)
Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu dan beliau memarfu’kannya,

فَصَلُّوا أَيُّهَا النَّاسُ فِى بُيُوتِكُمْ ، فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوبَةَ
Hendaklah kalian manusia melaksanakan shalat (sunnah) di rumah kalian karena sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat wajib.” (Muttafaq Alaihi)
Dalam riwayat Muslim,

فَعَلَيْكُمْ بِالصَّلاَةِ فِي بُيُوْتِكُمْ فَإِنَّ خَيْرَ صَلاَةِ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلاَّ الصَّلاَةِ الْمَكْتُوْبَةِ.
“Kerjakanlah shalat (sunnah) di rumah kalian. Karena sebaik-baik shalat seseorang adalah yang dikerjakan di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Muslim)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda

اجْعَلُوا ِفي بُيُوتِِكُم ِمن صَلاَتِكُم، َولاَ تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا
Jadikanlah rumah kalian sebagai tempat shalat kalian, jangan jadikan ia sebagai kuburan” (Muttafaq Alaihi)
Imam an-Nawawi Rahimahullah berkata, “Dan sesungguhnya anjuran melakukan shalat Sunnah di rumah, karena dia lebih tersembunyi dan lebih menjauhkan dari riya, lebih terjaga dari kesia-siaan. Dan carilah keberkahan rumah dengan hal itu, dan sebab turun kasih sayang serta malaikat dan membuat lari setan.” (lihat Syarh an-Nawawi ala Shahih Muslim)

6. Shalat Sunnah akan menghadirkan kecintaan Allah kepada hamba-Nya

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata; Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda,

إِنَّ اللهَ تَعَالَـى قَالَ : مَنْ عَادَى لِـيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْـحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَـيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَـيَّ مِمَّـا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَـيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِـيْ لَأُعِيْذَنَّهُ
“Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman, “Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.’” (HR. al-Bukhari)

7. Shalat Sunnah merupakan bentuk Syukur seorang hamba kepada Allah

Diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata, “Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat, beliau berdiri hingga kedua telapak kaki beliau merekah, lalu ‘Aisyah bertanya, ‘Kenapa engkau melakukan semua ini, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan ampunan bagimu atas dosa-dosa-mu yang telah lalu dan yang akan datang?’
Lalu beliau menjawab,
أَفَلاَ أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا.
“Apakah tidak boleh jika aku termasuk hamba yang bersyukur.’” (Muttafaq Alaihi)

Diriwayatkan dari al-Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat hingga kedua telapak kaki beliau membengkak, lalu ada yang berkata kepada beliau, “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan ampunan bagimu atas dosa-mu yang telah lalu dan yang akan datang?” Beliau menjawab,
أَفَلاَ أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا.
“Apakah tidak boleh jika aku termasuk hamba yang bersyukur.” (Muttafaq Alaih)
Semoga kita lebih semangat untuk memperbanyak shalat-shalat Sunnah. Amiin.

oleh:Arif Ardiansyah, Lc