Kamis, 26 Maret 2020

3 Kelompok Menurut Islam dalam Menghapai Wabah Bala Penyakit



Ada 3 Sikap Kelompok Aliran Teologi Dalam Islam Ketika Menghadapi Wabah Bala Penyakit
1.    Jabariyyah
-        Menyerahkan Sepenuhnya Pada Takdir Allah, Namun Tanpa Ada Usaha dan Ikhtiar.
-        Pandangan kelompok ini menganggap bahwa semua wabah penyakit itu semata berasal dari Allah Subhanahuwata'ala.
Namun, mereka tidak mau peduli dengan usaha syariat untuk menghindarinya.
-        Mereka berpandangan sekiranya mereka terkena wabah penyakit tersebut merupakan takdir dari Allah.
-        Kalau pun nanti meninggal dunia itu pun juga sudah takdir dari Allah.
-        Sekiranya mereka selamat -tidak terkena apa-apa- itu pun juga sudah takdir dari Allah subhanahuwata'ala.
-        Mereka tak peduli masker, tak peduli alat pencegahan kesehatan, dan tak peduli orang lain, mereka hanya peduli keyakinan mereka semata.
-        Himbauan medis tidak ada dalam kamus mereka, kecuali jika memang sudah parah kondisinya, itu pun jika sudah terpaksa.
-        Contoh slogannya, misalnya : "Kami hanya takut kepada Allah, tidak takut Corona! Corona itu juga makhluk Allah!" (tanpa mengindahkan arahan dan himbauan dunia medis).
-        Kelompok tersebut hanya peduli pada keyakinan mereka sendiri, tanpa memperdulikan efek serta dampak yang bisa saja ditimbulkan dari kelompok mereka sendiri dari penyebaran virus itu pada orang sekitarnya.
-        Intinya, kelompok paham Jabariyyah ini hanya peduli pada pemberi "Asbab", bukan pada "Musabbab".
Yakin hanya pada Allah, tapi tidak yakin pada Sunatullah-Nya.
2.    Qadariyyah
-        Sepenuhnya Yakin Pada Kekuatan Diri Sendiri, Tanpa Melibatkan Kekuatan Allah Subhanahuwata'ala Sama Sekali.
-        Cara berpikir kelompok ini seringkali mengandalkan kemampuan diri sendiri atau orang lain yang dianggapnya kuat atau kemampuan seorang pemimpin atau para pengelola negara yang mereka yakini kemampuannya.
-        Mereka hanya berkeyakinan penuh pada kecanggihan peralatan medis serta kemajuan ilmu pengetahuan. Namun, menafikan Allah Subhanahuwata'ala dalam setiap peristiwa dan kejadian.
-        Biasa mereka berslogan, umpamanya : "Kami tidak takut Corona. Ayo kita lawan Corona!" atau "Peralatan medis kita sudah canggih! Corona tak akan masuk ke Indonesia!" dsb.
-        Kelompok paham ini seringkali lebih mengandalkan logika dan rasio, ketimbang keyakinan hati dan iman. Semua dinilai secara materialistik dan realistik.
-        Intinya, paham Qadariyyah ini hanya melihat dan meyakini faktor "Musabbab", namun mengabaikan Sang Pemberi "Asbab".
3.    Ahlu Sunnah wal Jama'ah
-        Menyeimbangkan Antara Ikhtiar dan Tawakkal.
-        Kelompok Ahlu Sunnah wal Jama'ah memiliki sikap dan pandangan mu'tadil dan mutawasith; seimbang dan berimbang.
-        Mereka tidak terlalu takut berlebihan dan tidak pula menantang penuh kesombongan. Menyeimbangkan antara ikhtiar dan tawakkal.
-        Mereka selalu berusaha bertawakkal mendekatkan diri pada Allah subhanahuwata'ala dengan doa dan dzikir, namun pada saat yang sama, mereka juga selalu berikhtiar dengan obat-obatan yang membuat fit badan.
-        Mereka senantiasa menjaga kebersihan fisik dan juga kebersihan bathin.
-        Mereka berdoa dan memakai masker bila diperlukan.
-        Kelompok ini mengikuti aturan medis juga mematuhi dan tunduk pada aturan agama dan ilmu pengetahuan. Keseimbangan antara nalar dan iman, kesetaraan antara hati dan logika akal.
-        Jika disarankan agar mereka menghindari penyebab antiasipasinya, misalnya menjauhi kerumunan massa, mereka akan lakukan, tapi mereka juga tak lupa berlindung dengan Allah dari segala kemudharatan.
-        Kelompok ini berkeyakinan bahwa Allah yang menjadi "Musabbab", tapi juga Dia yang menciptakan "Asbab". Dia yang menurunkan bala wabah penyakit, namun Dia pula yang memberikan cara menghindari dan penyembuhan wabah penyakit tersebut.
-        Kita bisa belajar dari sikap dan tindakan Khalifah Rasulullah Shallahu alaihi wassalam, Manakala Khalifah Umar bin Khattab dan pasukannya membatalkan rencananya memasuki kota Syam yang ketika itu sedang terserang wabah penyakit -sewaktu di kota Sargh- salah seorang sahabat bernama Abu Ubaidah al- Jarrah mendebatnya.
"Akankah kita akan menghindar dari takdir Allah, wahai Amirul mukminin?!"
Lantas Umar bin Khattab menjawab:
"Benar! Kita menghindari dari satu takdir Allah kepada takdir-Nya yang lain!"
Tak berapa lama, datanglah sahabat lainnya, Abdurrahman bin Auf yang menyampaikan hadits Rasulullah yang pernah didengarnya saat ia masih bersama Rasulullah semasa hidupnya.
Rasulullah bersabda: "Jika kalian mendengar adanya satu wabah penyakit di satu negeri, maka janganlah kalian memasukinya dan jika kalian berada di negeri itu, maka janganlah pula kalian meninggalkannya karena menghindarinya."
[HR. Bukhari]
-        Nah tentang soal tawakkal, kita bisa belajar pula dari kisah salah seorang sahabat Nabi yang meninggalkan tali kekang untanya terlepas begitu saja, tanpa diikatkan di sebuah batu saat ia memasuki masjid Nabawi untuk beribadah.
Lantas Rasulullah menegurnya, "Kenapa tidak kau ikat untamu itu?!"
Di menjawab: "Aku serahkan untaku pada Allah, ya Rasulullah! Jika Allah menghendaki-Nya dia tetap ada bersamaku. Tapi jika Allah menghendakinya hilang, maka dia hilang dariku!"
Rasulullah tersenyum.
"Bukan begitu caranya!"
Nabi lantas mengajarkan ikhtiar dengan cara memintanya mengikat untanya, lantas Nabi bersabda:
"Sekarang barulah engkau bertawakkal dan serahkan semuanya pada Allah!"
Begitulah ajaran Rasulullah dalam bertawakkal yang sesuai sunnah dan ajaran Islam.
Jika pun semua ikhtiar dan tawakkal sudah sepenuhnya dilaksanakan secara maksimal, hasilnya tidak sesuai yang diharapkan, barulah kita bicara soal takdir. Bukan takdir tanpa ikhtiar tanpa tawakkal, bukan?!!
Wallahu 'alam.


Merubah Takdir



Suatu Hari, Malaikat Maut Mendatangi Nabi Ibrahim A.S, Lalu Bertanya :
Malaikat “Siapa Anak Muda Yang Tadi Mendatangimu Wahai Ibrahim ?
Nabi Ibrahim Itu Tadi Sahabatku & Sekaligus Muridku.

Malaikat Ada Apa Dia Datang Menemuimu..?

Nabi Ibrahim Dia Ingin Menyampaikan Akan Menikah Besok Pagi.

Malaikat : Wahai Ibrahim, Sayang Sekali, Umur Anak Itu Tidak Akan Sampai Besok Pagi.

Habis Berkata Seperti Itu, Malaikat Maut Pun Pergi Meninggalkan Nabi Ibrahim.
Hampir Saja Nabi Ibrahim A.S Tergerak Untuk Memberitahu Anak Muda Tersebut, Guna Menyegerakan Pernikahannya Malam Itu Juga, Dan Memberitahu Tentang Kematiannya.
Tetapi Langkahnya Terhenti.
Nabi Ibrahim A.S Memilih Kematian Tetap Menjadi Rahasia Allah.
Esok Paginya, Nabi Ibrahim A.S Ternyata Melihat & Menyaksikan Anak Muda Tersebut Melangsungkan Pernikahannya.

Haripun Berganti, Minggu Berganti, Bulan Berganti, & Tahun Pun Berganti Tahun,
Nabi Ibrahim A.S Malah Melihat Anak Muda Ini Panjang Umurnya Sehingga Usianya 70 Tahun..
Nabi Ibrahim A.S Pun Bertanya Kepada Malaikat Maut,
Kenapa Malaikat Berbohong Tempoh Hari,
Menyampaikan Jika Anak Muda Itu Akan Mati Besok Pagi,
Ternyata Tidak Mati, Bahkan Umurnya Panjang..

Malaikat Maut :
Dirinya Memang Akan Mencabut Nyawa Anak Muda Tersebut, Kerana Allah Menahannya,
Dan Kenapa Allah Swt Menahan Tanganku Untuk Tidak Mencabut Nyawa Anak Muda Itu (Dahulu)...?
Ketahuilah Wahai Ibrahim,
Bahawa Di Malam Menjelang Pernikahannya,
Anak Muda Tersebut Menyedekahkan 7 Dirham Untuk Anak2 Yatim, Lalu Anak2 Yatim Mendoakan Nya.
Allah Mengganti Setiap Dirham 10 Th
Dan Aku Di Perintah Kan Oleh Allah. Untuk Tdk Mencabut Nyawa Anak Muda Tersebut Sblm Usia Nya 70 Th.
Dan Inilah Yang Membuat Allah Memutuskan Untuk Memanjangkan Umur Anak Muda Tersebut,
Hingga Engkau Masih Melihatnya Hidup..
Kematian Memang Di Tangan Allah Swt,
Justru Itu, Memajukan Dan Memundurkan Kematian Adalah Hak Allah.
Dan Allah Memberitahu Lewat Kalam Rasulnya, Muhammad Saw Bahwa Sedekah Itu Bisa Memanjangkan Umur

Saudaraku, Marilah Kita Perbanyak Bersedekah

Mari Kita Awali Sedekah Kita Ini, Dengan Mengirimkan Kisah Yg Bermanfaat Ini, Baik Kepada Keluarga, Saudara & Handai Taulan Kita...Semoga Yg Bilang Aamiin Diberi Rezeki Yg Melimpah Besok Pagi Aamiin.

Selamat Bersedekah Dengan Tulisan Ini,
Semoga Dicatat Sebagai Ibadah...
Aamiin...