Selasa, 25 Februari 2020

Kisah Seseorang yang Bebas dari Siksa Kubur karena Shalawat Nabi



Suatu hari seorang ibu tua mendatangi Imam Al-Hasan Al-Bashri. Ia baru saja ditinggal mati anaknya yang perempuan. Kepada Al-Hasan Al-Bashri, ia menyampaikan kerinduan mendalam kepada anaknya. Ia merasa kehilangan. Ia ingin mengetahui keadaan si anak. Ia ingin berjumpa dengan anaknya meski dalam mimpi. Al-Hasan Al-Bashri memahami perasaan yang dialami tamu tersebut. Ia kemudian menyarankan si ibu untuk melakukan sembahyang empat rakaat setelah sembahyang Isya. 

“Bacalah Surat Alhakumut Takatsur sekali setiap rakaat setelah pembacaan Surat Al-Fatihah. Lalu berbaringlah. Bacalah shalawat nabi hingga kau tertidur.” Perempuan itu mendengarkan baik-baik fatwa Al-Hasan Al-Bashri. Ia segera pulang dan menjalankan fatwa tersebut. Terjadilah apa yang dikehendaki si ibu. Ia dapat berjumpa dengan anak perempuannya yang telah meninggal.
Tetapi ia begitu terkejut melihat anaknya terbelenggu dan terpasung dalam siksa kubur. Bangun tidur, ia kembali menemui Al-Hasan Al-Bashri. Ia mengabarkan kondisi anaknya di alam barzakh. Mendengar cerita si ibu, Al-Hasan Al-Bashri pun sempat gelisah dan bimbang sesaat. Al-Hasan Al-Bashri menyarankan tamunya untuk bersedekah yang amalnya dihadiahkan untuk ahli kubur yang dimaksud.
Ibu tersebut pulang. Ia mengikuti saran Al-Hasan Al-Bashri. Benar saja, kondisi anaknya berubah di alam kubur. Tetapi kali ini Al-Hasan Al-Bashri yang justru mimpi bertemu anak perempuan tersebut. Pada malam itu, Al-Hasan Al-Bashri seperti berada di taman surga yang terdapat sofa bagus di dalamnya. Di taman itu Al-Hasan Al-Bashri melihat seorang perempuan muda yang cantik dengan mahkota cahaya di kepala. “Apakah Tuan mengenal saya?” perempuan muda itu menyapa Al-Hasan Al-Bashri. “Tidak.” “Aku putri dari seorang ibu tua yang mengunjungi Tuan.” “Iya, tetapi bukan seperti (sebaik) ini ibumu menceritakan kondisimu,” kata Al-Hasan Al-Bashri terheran. “Tuan benar, kemarin-kemarin keadaanku memang demikian (buruk dan tersiksa).” “Lalu dengan apa kau mendapat kemuliaan seperti ini?” “Di alam barzakh, kami berjumlah 70.000 orang menerima siksa kubur. Tetapi suatu hari ada seorang saleh yang baik hati melewati pemakaman kami.
Ia membaca shalawat nabi sekali dan menghadiahkan pahalanya untuk kami sehingga Allah membebaskan kami dari siksa tersebut melalui keberkahan Rasulullah SAW. Keadaanku sampai berubah (180 derajat menjadi baik) seperti Tuan lihat sekarang,” jawab perempuan tersebut.

Cerita ini dikutip dari Tsimarul Yani‘ah fir Riyadhil Badi‘ah karya Syekh M Nawawi Banten. (Syekh M Nawawi, Tsimarul Yani‘ah, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa tahun], halaman 92). Wallahu a'lam. Alfatihah

Kamis, 13 Februari 2020

Saksi Hidup Nabi Sampai Saat ini

 Image result for as-syajarah al-mubarakah


Sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Rasulullah pernah ikut paman beliau, Abu Thalib pergi berdagang ke Syam. Dalam perjalanan, mereka berhenti sebentar untuk beristirahat berteduh dibawah sebuah pohon.

Tidak jauh dari tempat mereka beritirahat, ada sebuah biara yang didiami oleh para pendeta Nasrani. Dari biara itu seorang pendeta bernama Buhaira sedang memperhatikan mereka.
Pendeta itu bergegas keluar dan menuju ke arah mereka beristirahat. Lalu bertanya tentang diri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan meminta izin untuk bertemu dan memeriksa Rasulullah.
Diamati satu persatu tubuh Rasulullah, lalu memegang tangan Rasulullah dan berkata: “Aku bersumpah kepadamu, dan demi Tuhan yang esa, agar engkau menjawab pertanyaan-pertanyaanku ini dengan jujur!”.
Rasulullah menjawab: “Bertanyalah!”
Pendeta Buhaira bertanya: “Apakah yang paling kau suka perhatikan? ”
Rasulullah menjawab, “Langit dan bintang-bintangnya.”
“Apakah kau juga bermimpi? ”
“Ya, dan apa saja yang aku lihat dalam mimpi, aku lihat juga dalam keadaan berjaga.”
“Boleh aku melihat di antara kedua bahumu ? ”
“Ya, silakan!”
Buhaira mendekati Rasulullah dan menyingkap jubah yang dipakai beliau, diantara kedua bahunya ia melihat cap kenabian (Khatamun Nubuwah) sebesar buah apel, lalu berkata: “Sama!”.
Abu Thalib bertanya, “Apa maksudmu? Sama dengan apa? ”
Buhaira menarik lengan Abu Thalib dan membawanya jauh dari rombongan dan bertanya: “Katakan kepadaku. Apa hubungan kamu dengan anak ini?”
Abu Thalib menjawab: “Dia anak ku!”.
Buhaira menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak mungkin Dalam perkiraanku, ayah anak ini telah meninggal dunia. ”
Abu Thalib terkejut dengan apa yang dikatakan Buhaira. “Benar, Dia adalah anak saudaraku. Ayahnya adalah adikku. Ia meninggal dunia sebelum dia dilahirkan, dan aku sangat mencintainya seperti mana aku mencintai anak-anakku sendiri”
Buhaira berkata kepada Abu Thalib, “Anak ini akan menjalani kehidupan yang gemilang dan luar biasa di kemudian hari. Aku khawatir, jika orang lain mengetahui apa yang telah aku lihat dan mereka mengenalinya, mereka akan membunuh anak ini. Sembunyikan dan lindungi dia. Dialah penghulu dan utusan Rabb alam semesta, dia diutus oleh Alloh sebagai rahmat bagi alam”.
“Bagaimana kamu ketahui tentang hal ini?”
“Ketika rombongan kamu muncul dan berhenti berteduh, aku melihat pohon bersujud kepadanya dan pohon ini tidak akan bersujud kecuali kepada seorang Nabi. Dialah Nabi yang ditunggu-tunggu. Aku dapat mengetahuinya melalui tanda-tanda yang dinyatakan dalam Kitab-kitab Taurat dan Injil. Tanda kenabian yang terletak pada bagian bawah tulang rawan diantara kedua bahunya yang mirip buah apel, menguatkan lagi kepercayaan aku tentang perkara ini”
Setelah itu, Rasulullah pun dipanggil untuk menemui Buhaira. Ketika Rasulullah berjalan, tiba-tiba saja awan menaungi beliau. Pohon yang sebelumnya menaungi rombongan, tiba-tiba saja berpindah menaungi Rasulullah. Semua rombongan termasuk Abu Thalib, takjub dengan apa yang terjadi.
Ketika Rasulullah membawa dagangan Sayyidah Khadijah bersama Maysarah, beliau kemudian bersandar di bawah pohon ini. Seorang pendeta yang bernama Nestor (Nestorius) mendatangi rombongan beliau, kemudian bertanya kepada Maysarah, Siapa orang yang berteduh di bawah pohon tersebut. Maysarah menjawab bahwa dia adalah seorang laki-laki dari suku Quraisy, keluarga pengurus ‘al-Haram’ (Kaabah). Lalu Nestorius pun berkata kembali: “Tidak ada seorang pun yang datang berteduh di bawah pohon tersebut, kecuali dia seorang nabi”.

Inilah as-syajarah al-mubarakah (pohon yang diberkati) dan merupakan satu-satunya sahabat Rasulullah yang masih hidup sampai saat ini (the only living sahabi).
Ia tumbuh di tengah-tengah gurun pasir tandus Buqa'awiyya, namun tetap tumbuh subur dan berbuah. Secara geografis, pohon ini dekat dengan kota Bosra di Syria.
Semoga kelestarian Pohon Nabi ini tetap terjaga, dan semoga aman dari tangan jahil orang orang yang mengatas namakan syirik kemudian dengan kekuasaannya menebangnya.

Wallahua'lam bisshawab

Rabu, 12 Februari 2020

Keutamaan Shalat Sunnah

Image result for Shalat



Banyak sekali keutamaan shalat Sunnah. Diantaranya:

1. Menyempurnakan shalat wajib dan menambal kekurangannya

Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda,

أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صلاَته فَإِنْ كَانَ أَتَمَّهَا كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ لَمْ يكن أَتَمَّهَا قَالَ الله -عز و جل- لِمَلائِكَتِهِ: انْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ لِعَبْدِى مِنْ
 تَطَوُّعٍ فَتُكْمِلُونَ بِهَا فَرِيضَتَهُ ثُمَّ الزَكَاة كذلك ثُمَ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى حَسَبِ ذَلِكَ
“Amalan yang pertama kali akan diperhitungkan dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun, jika shalatnya tidak sempurna Allah Ta’ala berkata pada malaikat-Nya, “Lihatlah kalian apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah, maka sempurnakanlah shalat wajibnya? Kemudian zakat pun demikian. Kemudian amalan-amalan lainnya hampir sama seperti itu.” (HR. Abu Daud, no. 864, dan Ibnu Majah, no. 1425 dan Ahmad, no. 103. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shahihul Jami’)

2. Shalat Sunnah mengangkat derajat dan menghapus dosa

ٌRasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda,

عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً
“Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat). Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu.”  (HR. Muslim, no. 488)

3. Banyak shalat sunnah merupakan sebab terbesar masuk Surga dan menjadi pendamping Nabi di Surga

Dari Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami radhiyallahu’anhu, beliau berkata,

كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ ، فَقَالَ لِي: سَلْ، فَقُلْتُ: أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ، قَالَ: أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ ، قُلْتُ: هُوَ ذَاكَ، قَالَ: فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
Aku pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku menyiapkan air wudhu` dan keperluan beliau. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Mintalah sesuatu!’ Maka sayapun menjawab, ‘Aku meminta kepadamu agar memberi petunjuk kepadaku tentang sebab-sebab agar aku bisa menemanimu di Surga’. Beliau menjawab, ‘Ada lagi selain itu?’. ‘Itu saja cukup ya Rasulullah’, jawabku. Maka Rasulullah bersabda, ‘Jika demikian, bantulah aku atas dirimu (untuk mewujudkan permintaanmu) dengan memperbanyak sujud (dalam shalat)‘” (HR. Muslim, no. 489).

4. Shalat sunnah adalah amalan badan yang paling utama setelah jihad

Dalam hadits Tsauban Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan,

استَقِيمُوا ولنْ تُحْصُوا، واعْلَمُوا أنَّ خَيْرَ أعْمَالِكُم الصَّلاة ولا يحافظ على الوضوء إلا مؤمن
“Istiqomahlah dan kalian tidaklah akan mampu (untuk istiqomah dalam semua ketaatan dengan sebenar-benar istiqomah), dan ketahuilah bahwa sebaik-baik amal kalian adalah shalat dan tidak menjaga wudhu kecuali seorang mukmin.” (HR. Ibnu Majah dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwa’ al-Ghalil)

5. Shalat Sunnah di rumah akan menghasilkan keberkahan

Dari Jabir radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا قَضَى أَحَدُكُمُ الصَّلاَةَ فِـي مَسْجِدِهِ فَلْيَجْعَلْ لِبَيْتِهِ نَصِيْباً مِنْ صَلاَتِهِ، فَإِنَّ اللهَ جَاعِلٌ فِي بَيْتِهِ مِنْ صَلاَتِهِ خَيْرًا
“Jika salah seorang di antara kalian telah menunaikan shalat di masjidnya, maka hendaklah ia memberi jatah shalat bagi rumahnya. Karena sesungguhnya Allah menjadikan kebaikan dalam rumahnya melalui shalatnya.” (HR. Muslim)
Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu dan beliau memarfu’kannya,

فَصَلُّوا أَيُّهَا النَّاسُ فِى بُيُوتِكُمْ ، فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوبَةَ
Hendaklah kalian manusia melaksanakan shalat (sunnah) di rumah kalian karena sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat wajib.” (Muttafaq Alaihi)
Dalam riwayat Muslim,

فَعَلَيْكُمْ بِالصَّلاَةِ فِي بُيُوْتِكُمْ فَإِنَّ خَيْرَ صَلاَةِ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلاَّ الصَّلاَةِ الْمَكْتُوْبَةِ.
“Kerjakanlah shalat (sunnah) di rumah kalian. Karena sebaik-baik shalat seseorang adalah yang dikerjakan di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Muslim)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda

اجْعَلُوا ِفي بُيُوتِِكُم ِمن صَلاَتِكُم، َولاَ تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا
Jadikanlah rumah kalian sebagai tempat shalat kalian, jangan jadikan ia sebagai kuburan” (Muttafaq Alaihi)
Imam an-Nawawi Rahimahullah berkata, “Dan sesungguhnya anjuran melakukan shalat Sunnah di rumah, karena dia lebih tersembunyi dan lebih menjauhkan dari riya, lebih terjaga dari kesia-siaan. Dan carilah keberkahan rumah dengan hal itu, dan sebab turun kasih sayang serta malaikat dan membuat lari setan.” (lihat Syarh an-Nawawi ala Shahih Muslim)

6. Shalat Sunnah akan menghadirkan kecintaan Allah kepada hamba-Nya

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata; Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda,

إِنَّ اللهَ تَعَالَـى قَالَ : مَنْ عَادَى لِـيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْـحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَـيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَـيَّ مِمَّـا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَـيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِـيْ لَأُعِيْذَنَّهُ
“Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman, “Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.’” (HR. al-Bukhari)

7. Shalat Sunnah merupakan bentuk Syukur seorang hamba kepada Allah

Diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata, “Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat, beliau berdiri hingga kedua telapak kaki beliau merekah, lalu ‘Aisyah bertanya, ‘Kenapa engkau melakukan semua ini, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan ampunan bagimu atas dosa-dosa-mu yang telah lalu dan yang akan datang?’
Lalu beliau menjawab,
أَفَلاَ أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا.
“Apakah tidak boleh jika aku termasuk hamba yang bersyukur.’” (Muttafaq Alaihi)

Diriwayatkan dari al-Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat hingga kedua telapak kaki beliau membengkak, lalu ada yang berkata kepada beliau, “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan ampunan bagimu atas dosa-mu yang telah lalu dan yang akan datang?” Beliau menjawab,
أَفَلاَ أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا.
“Apakah tidak boleh jika aku termasuk hamba yang bersyukur.” (Muttafaq Alaih)
Semoga kita lebih semangat untuk memperbanyak shalat-shalat Sunnah. Amiin.

oleh:Arif Ardiansyah, Lc

Wajibkah Kita Shalat Berjamaah?

Image result for sholat berjamaah 



Ketika kita membandingkan berbagai macam ibadah, maka akan kita dapati bahwa ibadah shalat memiliki keistimewaan tersendiri. Ia merupakan tiang agama yang mana tidak akan tegak agama ini kecuali dengannya. Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ
Pemimpin segala perkara (agama) ialah Islam, dan tiangnya ialah shalat” (HR At- Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ahmad).
Ibadah ini adalah amalan pertama yang akan dihisab pada hari Kiamat kelak, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

أول ما يحاسب به العبد يوم القيامة الصلاة فإن صلحت صلح له سائر عمله وإن فسدت فسد سائر عمله
Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk maka seluruh amalnya pun akan buruk.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mujamul Ausath)

Lebih spesifik lagi, shalat merupakan ibadah yang Allah wajibkan pertama kali, serta merupakan kewajiban yang banyak disebutkan dalam al-Qur’an dan satu-satunya ibadah yang tidak akan gugur bagi siapapun dan dalam keadaan apapun kecuali ketika hilang akalnya atau terpisahnya ruh dari jasad.

Berjamaah

Wajib bagi laki-laki untuk melaksanakan shalat secara berjamaah di masjid. Kewajiban berjamaah bagi laki-laki di masjid didukung dengan dalil-dalil yang kuat, baik dari al-Qur’an maupun Sunnah. Hal ini bisa dilihat dalam beberapa poin:

1. Perintah Allah untuk menjaga shalat bersama orang-orang yang shalat berjamaah

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Peliharalah semua shalat dan shalat wustha. Dan laksanakanlah (shalat) karena Allah dengan khusyuk.” (QS. Al-Baqarah: 238)
Juga firman-Nya,
“Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk.” (QS. Al-Baqarah: 43)

2. Rasul telah mengancam orang-orang yang meninggalkan shalat berjamaah dengan hukuman yang keras

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِحَطَبٍ فَيُحْطَبَ ثُمَّ آمُرَ بِالصَّلَاةِ فَيُؤَذَّنَ لَهَا ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا فَيَؤُمَّ النَّاسَ ثُمَّ أُخَالِفَ إِلَى رِجَالٍ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ
Demi dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh aku bertekad meminta dikumpulkan kayu bakar lalu dikeringkan. Kemudian aku perintahkan shalat, lalu ada yang beradzan. Kemudian aku perintahkan seseorang untuk mengimami shalat dan aku tidak berjamaah untuk menemui orang-orang (lelaki yang tidak berjamaah) lalu aku bakar rumah-rumah mereka (HR. al-Bukhari dan Muslim)

3. Rasulullah tidak memberikan keringanan kepada orang buta untuk shalat di rumahnya

Dalam sebuah hadits disebutkan,

أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ أَعْمَى فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ لَيْسَ لِي قَائِدٌ يَقُودُنِي إِلَى الْمَسْجِدِ فَسَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُرَخِّصَ لَهُ فَيُصَلِّيَ فِي بَيْتِهِ فَرَخَّصَ لَهُ فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ فَقَالَ هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلَاةِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَأَجِبْ
Seorang buta mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Wahai Rasulullah aku tidak mempunyai seorang yang menuntunku ke masjid”. Lalu dia meminta keringanan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga boleh shalat di rumah. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan keringanan kepadanya. Ketika ia baru meninggalkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Rasulullah memanggilnya dan bertanya, “Apakah Anda mendengar panggilan adzan shalat ?” Dia menjawab, “Ya”. Lalu Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Kalau begitu penuhilah!” (HR. Muslim)

Dan dalil-dalil lain yang menguatkan tentang kewajiban shalat berjamaah bagi pria.

Di Antara Tiga Golongan

 Tidaklah seseorang meninggalkan shalat jamaah kecuali 3 golongan saja,

Golongan pertama: Memiliki udzur

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
من سمع النداء فلم يأته فلا صلاة له إلا من عذر
Barangsiapa yang mendengar seruan adzan, namun ia tidak mendatanginya maka tidak ada shalat baginya kecuali apabila ada udzur padanya”  (HR. Ibnu Majah)

Golongan ke-2: Wanita

Shalat di masjid tidak wajib bagi wanita. Seorang wanita diperbolehkan keluar menuju masjid untuk shalat berjamaah, akan tetapi shalatnya mereka di rumah lebih utama.
Dari Ummu Humaid radhiallahu anha, beliau berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُحِبُّ الصَّلاةَ مَعَكَ قَالَ قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّينَ الصَّلاةَ مَعِي وَصَلاتُكِ فِي بَيْتِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاتِكِ فِي حُجْرَتِكِ
Wahai Rasulullah, saya ingin shalat bersama Anda.” Maka Nabi menjawab: “Aku sudah tahu bahwa engkau ingin shalat bersamaku, namun shalatmu di rumahmu lebih baik daripada shalatmu di kamarmu” (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah)

Golongan ke-3: Munafik

Orang-orang munafik shalat karena manusia, bukan karena Allah. Maka dapat kita lihat bahwa mereka hanya shalat di waktu-waktu yang terlihat oleh manusia, yakni di siang hari. Mereka meninggalkan shalat Subuh dan Isya, dan tidaklah mereka shalat kecuali dengan dipenuhi rasa malas.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa: 142)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ، وَصَلَاةُ الْفَجْرِ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat Isya dan shalat Subuh. Andaikata mereka mengetahui pahala yang ada pada kedua shalat itu pastilah mereka melaksanakannya meskipun dengan merangkak.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Ibnu mas’ud radhiallahu anhu berkata,
“Aku telah melihat bahwa kami tidak akan meninggalkan shalat jamaah kecuali orang munafik sejati.”
Itulah tiga golongan orang yang meninggalkan shalat jamaah. Wallahu a’lam bis showab.

oleh : Arif Ardiansyah, Lc

Selasa, 11 Februari 2020

Kenapa Kita Susah untuk beristiqamah ?

Image result for istiqamah


Menengok sejarah hitam Iblis, tatkala ia diusir dari surga dalam keadaan hina dina, maka ia berkata sebagaimana diceritakan oleh Allah dalam Al-Qur’an :

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿١٦﴾
ثُمَّ لآَتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ ﴿١٧﴾
“Iblis berkata: ‘Karena Engkau (wahai Allah) telah menghukumku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka (yaitu anak cucu adam) dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian aku akan mendatangi mereka dari depan dan belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapatkan kebanyakan mereka sebagai orang-orang yang bersyukur’” (Al-A’raf: 16-17)

Dari ayat yang mulia ini, dapat kita ketahui bahwa Iblis dan bala tentaranya akan senantiasa berusaha dengan segenap tenaganya untuk menghalangi manusia dari jalan Allah yang lurus serta menghiasi kemaksiatan hingga tampak indah di mata manusia. Karena tekat dan usaha Iblis inilah, sangat banyak manusia yang merasakan dirinya susah dan berat untuk istiqamah di jalan Allah.
Di sini akan disampaikan beberapa perkara yang dapat membantu seseorang untuk tetap istiqamah di atas jalan Allah serta selamat dari belitan tipu daya iblis.

إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا (٧٦
“Sesungguhnya tipu daya syaitan adalah lemah.” (An-Nisa’:76)

Di antara perkara yang dapat membantu seseorang untuk istiqamah adalah
  1. Mengikhlaskan niat saat melakukan amalan-amalan ketaatan
Inilah pintu utama, yaitu pintu yang dapat mengantarkan seseorang untuk dapat istiqamah dalam hidupnya sehingga ia dapat berjumpa dengan Allah dalam keadaan bahagia. Allah berfirman,

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا ﴿١١� ﴾
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan Tuhannya dengan seorangpun dalam melakukan ibadah kepada-Nya”. (Al-Kahfi: 110)

Hendaklah seseorang membersihkan hatinya dari sifat ingin dipuji atau tujuan-tujuan duniawi saat melakukan amalan-amalan ketaatan kepada-Nya. Mungkin kita dapatkan orang yang saat berkunjung dan menginap di rumah temannya, ia  begitu semangat dalam membaca Al-Qur’an, qiyamul lail dan amalan-amalan ketaatan lainnya Namun ketika ia kembali ke rumahnya, entah mengapa bacaan Al-Qur’an tidak terdengar lagi dari bibirnya, demikian pula tidak terdengar lagi percikan air wudhu di sepertiga malam yang terakhir di rumahnya. Ia telah meninggalkan amalannya…..Ia tidak dapat istiqamah dalam menjalankan amalan-amalan ketaatan….Kenapa hal itu bisa terjadi? Hendaklah orang tersebut mengintrospeksi dirinya, yaitu apakah saat ia membaca Al-Qur’an dan melakukan qiyamul lail betul-betul murni untuk Allah ataukah ada niatan-niatan lain di balik ibadahnya? Hanya Allah kemudian dirinyalah yang tahu bisikan hatinya.
Dalam sebuah hadits disebutkan,

إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا
“Sesungguhnya ada salah seorang di antara kalian yang ia beramal dengan amalan penduduk surga sampai-sampai jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal satu jengkal, akan tetapi taqdir telah mendahuluinya sehingga iapun beramal dengan amalan penduduk neraka, akhirnya iapun masuk ke dalam neraka.” (HR. Muslim no 4781)

Orang ini adalah orang yang sangat merugi, setiap harinya ia beramal dengan amalan ketaatan akan tetapi menjelang ajalnya ia tutup amalnya dengan keburukan dan ia pun menjadi penghuni neraka. Wal iyadzubillah.
Orang ini tidak istiqamah dalam menjalankan amalan-amalan ketaatan sampai akhir hayatnya. Kenapa bisa demikian? Apakah rahasianya? Mungkin saja tatkala ia beramal, niatnya bukan untuk Allah akan tetapi telah tercampuri dengan tujuan-tujuan lain walaupun manusia melihatnya sebagai sebuah amalan ketaatan. Namun Allah yang mengetahui isi hati para hamba-Nya tidak meridhai amalannya tersebut dan akhirnya Allah tutup amalannya dengan amalan penduduk neraka. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَإِنَّهُ لَمِنْ أَهْلِ النَّارِ
“Sesungguhnya ada orang yang beramal dengan amalan penduduk surgasesuai yang tampak/terlihat oleh manusia, padahal ia adalah termasuk penduduk neraka.” (HR.Bukhori, no 3885)
  1. Berdo’a kepada Allah agar diberikan keistiqamahan
Do’a adalah senjata seorang muslim, oleh karena itu hendaklah seorang muslim banyak berdo’a kepada Allah agar diberikan keistiqamahan. Di antara do’a yang paling sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku untuk selalu berada di atas agama-Mu” (HR. Tirmidzi, no 2066. Ia berkata: “Hadits Hasan”)

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata,”(Do’a ini) adalah sebagai bentuk pengajaran bahwa diri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang suci saja masih membutuhkan perlindungan Allah, maka tentunya tingkat kebutuhan dari orang selain beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih layak lagi.” (Fathul Bari, 20/464)
Di antara perkara yang menakjubkan pada diri Rasullullah shallallhu ‘alaihi wa sallam yang patut kita contoh adalah bahwasanya beliau shallallhu ‘alaihi wa sallam setiap keluar dari rumahnya membaca do’a,

اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan dan disesatkan, dari ketergelinciran dan digelincirkan, dari berbuat dholim dan didholimi, dari berbuat bodoh dan dibodohi.” (HR. Abu Dawud, no 4430).
Do’a ini amatlah kita butuhkan, mengingat tatkala seorang hamba keluar dari rumahnya maka ia akan banyak berhadapan dengan syubhat dan syahwat di lingkungan sekitarnya. Ia juga akan bertemu dengan berbagai tipe dan jenis manusia, ada tipe yang baik dan tidak jarang pula bertemu dengan tipe yang buruk yang dapat menyesatkan dan menjauhkan dirinya dari jalan istiqamah. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam saja sebagai orang yang ma’sum (terjaga dari dosa) masih mengkhawatirkan dirinya dari perkara-perkara di atas sehingga membaca do’a ini, maka kita sebagai seorang hamba yang tipis imannya tentu lebih layak untuk membaca dan mengamalkan do’a ini.
  1. Menanamkan keyakinan dan mengingat-ingat tentang balasan yang akan diraih bagi orang yang istiqamah
Istiqamah adalah perkara yang membutuhkan perjuangan besar, tentunya orang yang dapat istiqamah akan mendapatkan balasan yang besar sebagai balasan atas usaha yang dilakukannya. Allah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿١٣﴾ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿١٤﴾
 “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah, maka mereka akan dibebaskan dari rasa takut dan kesedihan. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-Ahqof: 13-14)

Orang yang beriman dan memegang teguh keimanannya, kemudian ia istiqamah dalam melakukan amalan-amalan ketaatan sebagai konsekuensi dari keimanannya, maka ia akan mendapatkan pahala yang besar berupa rasa aman di tiga kehidupan yaitu kehidupan dunia, alam kubur dan kehidupan akherat. Allahpun akan memasukkannya ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan dan ia kekal di dalamnya. Apakah ada di antara kita yang enggan untuk menolak pahala yang besar ini?
  1. Memilih teman yang baik
Sudah sering kita dengar hadits yang masyhur dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang gambaran teman yang baik dan teman yang buruk, dimana beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpamakan teman yang baik sebagai penjual minyak wangi dan teman yang buruk sebagai tukang pandai besi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَكِيرِ الْحَدَّادِ لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“ Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Tentang si penjual minyak wangi, kalau engkau tidak membeli minyak wanginya maka engkau akan medapatkan bau wanginya. Adapun tentang si tukang pandau besi, kalau engkau atau bajumu tidak terbakar maka engaku akan mendapatkan bau yang tidak enak.” (HR. Bukhori, no 1959)

Teman yang baik akan membantu kita untuk dapat istiqamah di jalan Allah, namun sebaliknya teman yang buruk akan menggelincirkan kita dari jalan istiqamah dan bahkan justru dapat mencelakakan kita. Terdapat kisah yang sangat menarik dari detik-detik kematian paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Abu Thalib. Kisah ini menggambarkan betapa bahayanya apabila seseorang berteman dengan teman-teman yang buruk.

لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ جَاءَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَجَدَ عِنْدَهُ أَبَا جَهْلٍ وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أُمَيَّةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ فَقَالَ أَيْ عَمِّ قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْرِضُهَا عَلَيْهِ وَيُعِيدَانِهِ بِتِلْكَ الْمَقَالَةِ حَتَّى قَالَ أَبُو طَالِبٍ آخِرَ مَا كَلَّمَهُمْ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ وَأَبَى أَنْ يَقُولَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
“Tatkala menjelang kematian Abu Thalib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamdatang kepadanya. Ternyata di samping Abu Thalib sudah ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah bin Mughirah. Nabi-pun berkata kepada Abu Thalib, “Wahai pamanku, ucapkanlah laa ilaha illallah, yaitu sebuah kalimat yang dapat aku jadikan hujjah untuk membantumu di sisi Allah. Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah segera menimpali seraya berkata, “(Wahai Abu Thalib), Apakah engkau membenci agamanya Abdul Muthalib (yaitu agama kesyirikan, pen)?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengulangi ucapannya, akan tetapi mereka berdua (yaitu Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah) juga selalu menimpali dan mengulag-ulang ucapannya hingga akhir dari ucapan Abu Thalib adalah sebagaimana ucapan Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah dan ia enggan untuk mengucapkan laa ilaha illallah.” (HR. Bukhari, no 4399).

Abu Thalib betul-betul menjadi orang yang sangat rugi karena berteman dengan teman yang buruk yaitu Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah, karena mereka berdua telah menjadi sebab kecelakaan, kehancuran dan kebinasaan dirinya di akherat. Abu Thalib dalam hidupnya banyak bergaul dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebaik-baik makhluk yang paling layak untuk dijadikan teman dan kekasih, akan tetapi di samping itu dia juga bergaul dengan teman-teman yang buruk yaitu Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah. Ternyata pergaulan dan persahabatannya dengan teman yang buruk ini menjadi sebab kehancuran dirinya. Sungguh malang dan tragis nasib Abu Thalib……..
  1. Banyak membaca sirah (perjalanan hidup) Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang shalih.
Berdasarkan realita, seseorang akan banyak terpengaruh oleh perkara-perkara yang sering dilihat dan didengarnya. Ketika seseorang menjadikan cemilan sehari-harinya adalah gosip para artis dan kehidupan glamour mereka, maka sadar atau tidak sadar perilaku para artis tersebut akan banyak membekas dan mempengaruhi gaya hidupnya. Hidup gak mau repot, serba instan serta “yang penting gue senang” ibarat telah menjadi icon khusus bagi mereka. Orang-orang seperti ini sangat susah diharapkan untuk istiqamah di jalan ketaatan. Boro-boro untuk istiqamah di jalan ketaatan, untuk menjalankan amalan-amalan ketaatan saja mungkin terasa berat bagi jiwa mereka. Menuntut ilmu syar’i, shalat berjama’ah, menundukkan pandangan terhadap lawan jenis, berhias diri dengan sifat qana’ah, sabar dalam menghadapi cobaan hidup adalah merupakan contoh-contoh amalan ketaatan yang kedengarannya amat mustahil bagi orang-orang yang berpaham artisme (bergaya hidup seperti artis) seperti ini, kecuali orang-orang yang dirahmati Allah.

Sebaliknya, orang yang banyak menbaca sirah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang sholih akan menemukan kunci-kunci jalan menuju istiqamah. Ketika seseorang ditimpa futur sindrom (penyakit melemahnya iman yang merupakan musuh dari istiqamah) sehingga terasa malas baginya untuk menjalankan qiyamul lail, maka saat ia membaca perjalanan hidup Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ternyata didapatkan bahwa beliau adalah orang yang rajin dalam menjalankan qiyamul lail hingga bengkak kakinya. Ketika seseorang merasakan jiwanya malas untuk berdzikir dan berat untuk banyak memohon ampun kepada Allah, maka saat ia membaca perjalanan hidup Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallamternyata didapatkan bahwa beliau adalah orang yang beristighfar dan bertaubat kepada Allah sebanyak seratus kali dalam sehari. Ketika seseorang merasa terkucilkan di tengah keluarga, kerabat dan masyarakat di sekitarnya karena menjalankan syari’at islam, maka saat ia membaca perjalanan hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ternyata didapatkan bahwa beliau adalah orang yang dimusuhi oleh kerabat dekatnya dan bahkan beliau diusir oleh kaumnya dari kampung halaman yang ia cintai yaitu Makkah. Ketika seseorang merasakan sesak dadanya ketika banyak dicela dan dimusuhi dalam berdakwah di jalan Allah, maka saat ia membaca perjalanan hidup Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ternyata didapatkan bahwa beliau adalah orang yang pernah mengalami ancaman  dan usaha pembunuhan, pernah dilempari batu, pernah diletakkan kotoran di atas punggungnya, pernah difitnah sebagai tukang sihir, pernah dijuluki sebagai orang gila dan lain-lain.

Dengan banyak membaca perjalanan hidup kekasih Allah, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam maka seseorang akan semakin terpacu untuk memegang erat Agama Islam yang lurus ini, istiqamah dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya serta akan menyadari betapa kecilnya cobaan yang menimpa dan dialaminya dibandingkan dengan yang dialami oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Inilah beberapa perkara yang dapat membantu seorang hamba untuk dapat istiqamah di jalan Allah, mudah-mudahan bermanfaat.
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ ﴿٨
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (karunia)”. (Ali-Imran: 8)

 Oleh : Ust. Ibnu Ali

Berbakti Saat Orang Tua Sudah Meninggal


Image result for berbakti kepada orang tua
Islam telah menetapkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua merupakan suatu bentuk kewajiban bagi para pemeluknya. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang hal ini, di antaranya:
Allah ta’ala berfirman:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.” (QS. Al-Isra: 23)

Juga firman-Nya,
Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua.” (QS. An-Nisa: 36)

Bahkan Rasulullah SAW menegaskan juga bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling dicintai Allah setelah shalat.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu berkata,

سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

Aku bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, “Amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Mendirikan shalat pada waktunya.” Aku bertanya kembali, “Kemudian apa?” Jawab Beliau, “Berbakti kepada ke orang tua,” lanjut Beliau. Aku bertanya lagi, “Kemudian?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.(HR. al-Bukhari dan Muslim)

Tidak Hanya Semasa Hidup

Namun, yang harus kita ketahui bahwa berbakti kepada orang tua tidak hanya dilakukan pada saat keduanya masih hidup, tetapi juga ketika mereka sudah meninggal. Pada kesempatan ini akan kami sampaikan bagaimana berbakti kepada kedua orang tua tatkala mereka sudah meninggal.
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, berkata,
Ketika kami berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

 نَعَمِ الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا وَالاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ تُوصَلُ إِلاَّ بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا

Iya mendoakan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
Bagaimana rinciannya?

1. Bersungguh-sungguh dalam Beramal

Hendaknya seorang anak bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Allah dan beribadah kepada-Nya. Karena setiap amal shalih yang dilakukan oleh seorang anak maka orang tua juga akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala yang didapat seorang anak tanpa mengurangi pahala sang anak.
Allah ta’ala berfirman,
Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm: 39)

Seorang anak adalah bagian dari usaha ayahnya. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلْتُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ وَإِنَّ أَوْلَادَكُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ

Sesungguhnya sebaik-baik makanan yang kalian makan adalah makan dari hasil yang kalian usahakan. Sesungguhnya anak-anak merupakan bagian dari yang kalian usahakan” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)

Oleh karena itu, tidak perlu bagi anak ketika dia shalat atau puasa kemudian berkata pahala ibadah ini aku persembahkan untuk orang tua saya, karena pahala tetap mengalir tanpa ia persembahkan sekaligus.

2. Mendoakannya

Salah satu cara berbakti ketika orang tua sudah meninggal adalah mendoakannya dan memohonkan ampunan untuknya kepada Allah.
Allah ta’ala berfirman,
وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Berdoalah, Ya Allah, berilah rahmat kepada mereka (kedua orang tua), sebagaimana mereka merawatku ketika kecil.” (QS. Al-Isra: 24)

Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila seseorang mati, seluruh amalnya akan terputus kecuali 3 hal: sedekah jariyah, ilmu yang manfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim, Nasai dan yang lainnya).

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam juga bersabda,

إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ أَنَّى لِيْ هَذَا فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
Sesungguhnya ada seseorang yang diangkat kedudukannya di Surga kelak. Ia pun bertanya, “Bagaimana hal ini?” Maka dijawab: “Lantaran istighfar anakmu untukmu. (HR. Ibnu Majah)

3. Menyambung Silaturahim

Termasuk berbakti ketika sudah meninggal adalah menyambung silaturahim dengan saudara-saudara orang tua dan memuliakan teman orang tua semasa hidup.
Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ
Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya.”  (HR. Muslim)

Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam bersabda,
من أحب أن يصل أباه في قبره فليصل إخوان أبيه بعده
“Barangsiapa yang ingin menyambung ayahnya di kuburannya, maka hendaknya ia menyambung teman-teman ayahnya dahulu waktu hidupnya.” (HR. Ibnu Hibban dengan sanad yang shahih)

4. Bersedekah atas Nama Orang Tua

Termasuk berbakti adalah bersedekah atas nama kedua orang tua
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa ada seorang lelaki yang berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّ أُمِّيَ افْتُلِتَتْ نَفْسَهَا وَلَمْ تُوصِ، وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ، أَفَلَهَا أَجْرٌ، إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ تَصَدَّقْ عَنْهَا
“Ibuku mati mendadak, sementara beliau belum berwasiat. Saya yakin, andaikan beliau sempat berbicara, beliau akan bersedekah. Apakah beliau akan mendapat aliran pahala, jika saya bersedekah atas nama beliau?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya. Bersedekahlah atas nama ibumu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis yang lain, dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, bahwa ibunya Sa’d bin Ubadah meninggal dunia, ketika Sa’d tidak ada di rumah. Sa’d berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا، أَيَنْفَعُهَا شَيْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ
Wahai Rasulullah, ibuku meninggal dan ketika itu aku tidak hadir. Apakah dia mendapat aliran pahala jika aku bersedekah harta atas nama beliau?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya.” (HR. al-Bukhari)

Demikianlah bentuk berbakti ketika kedua orang tua kita sudah meninggal. Wallahu a’lam bishawab.

oleh :
Arif Ardiansyah, Lc
Sumber: Tabsiratul anam bilhuquqi fil Islam, Shalih bin Thaha Abdul Wahid dengan beberapa tambahan dari sumber lain.

Jangan Pernah Putus Berdoa

Image result for pray in islam
oleh : Arif Ardiansyah, Lc

Salah satu hal yang selayaknya dilaksanakan oleh seorang mukmin adalah berdoa. Berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala baik di kala sedih maupun senang, baik di kala sempit maupun lapang, karena Allah Ta'ala memerintahkan kita semua untuk senantiasa berdoa kepada-Nya

“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir : 60)

Kemudian, di ayat lain Allah ta’ala juga berfirman:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” (QS. al-Baqarah : 186)

Sesuatu yang Mulia

Doa merupakan sesuatu yang mulia. Rasulullah SAW bersabda,

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ

“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah dibandingkan doa.” (HR. at-Tirmidzi)

Berdoalah karena berapa pun yang kita panjatkan kepada Allah, tidak akan mengurangi kekuasannya. Allah ta’ala berfirman dalam hadits Qudsy,

يَا عِبَادِي لَوْ أَنّ أَوّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ. وَإِنْسَكُمْ وَجِنّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي فَأَعْطَيْتُ كُلّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمّا عِنْدِي إِلاّ كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ.

 “Wahai para hamba-Ku, andaikata generasi terdahulu dan akhir dari kalian, golongan manusia dan jin kalian berada di satu tempat, lalu meminta kepada-Ku, lantas Aku kabulkan permintaan masing-masing mereka, maka hal itu tidaklah mengurangi apa yang ada di sisi-Ku kecuali sebagaimana jarum bila dimasukkan ke dalam lautan.” (HR. Muslim)
Tidak Akan Merugi

Setiap waktu yang kita luangkan untuk meminta, memohon dan mengharap sesuatu kepada Allah Ta'ala, kita tidak akan pernah merugi karenanya. Karena ketika kita berdoa, Allah akan memberikan salah satu dari ketiga hal berikut:

  1.   Allah akan mengabulkan doa kita dengan segera
  2.   Allah akan mengabulkan doa untuk kita di akhirat kelak
  3.   Allah akan palingkan kita dari keburukan yang semisalnya

Hal tersebut sesuai dengan yang disabdakan oleh Rasulullah SAW,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ : إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا قَالُوا: إِذًا نُكْثِرُ قَالَ : اللَّهُ أَكْثَرُ

Tidak ada seorang muslim pun yang berdoa dengan sebuah doa yang tidak terkandung di dalamnya dosa dan pemutusan silaturahmi, kecuali Allah akan memberikannya salah satu dari ketiga hal berikut: Allah akan mengabulkannya dengan segera, mengakhirkan untuknya di akhirat atau memalingkannya dari keburukan yang semisalnya. Para sahabat berkata, “Kalau begitu kami akan memperbanyak doa kami.” Beliau berkata, “Allah lebih banyak lagi.” (HR. Ahmad)

Berdoa Ketika Lapang

Kebanyakan dari kita, akan rajin berdoa ketika sakit, ditimpa musibah atau ketika memiliki berbagai masalah yang memberatkan hidup. Namun demikian, begitu sembuh, begitu musibah dan permasalahan yang ada sudah Allah angkat dari diri kita, kita akan lalai, dan tidak lagi berdoa kepadanya. Kita tidak lagi menunjukkan penghambaan diri kita kepada-Nya.

Padahal salah satu kunci dikabulkannya doa yang kita panjatkan saat dalam keadaan susah sudah pernah disebutkan oleh Rasulullah SAW,

 مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالكَرْبِ فَلْيُكْثِرِ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ

 “Barangsiapa menghendaki doanya dikabulkan oleh Allah saat susah dan ditimpa musibah; hendaklah ia memperbanyak doa ketika sedang lapang.” (HR. at-Tirmidzi)

Oleh karenanya, janganlah kita berputus dalam berdoa.
dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/53541-antara-ikhlas-dan-riya.html
dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/53541-antara-ikhlas-dan-riya.html
dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/53541-antara-ikhlas-dan-riya.html
dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/53541-antara-ikhlas-dan-riya.html

Cupang Hias vs Cupang Adu, pilih yang mana nih..?

Ikan Cupang Hias screenshot 1

Salah satu jenis ikan hias air tawar yang populer adalah ikan cupang. Ikan cupang sendiri digolongkan dalam dua jenis, yaitu ikan cupang hias dan cupang adu. Sekilas tampak sama, tapi keduanya memiliki perbedaan yang sangat signifikan.

Di Indonesia, dikenal banyak spesies ikan cupang. Lima yang paling terkenal adalah spesies Betta splendens, Betta stiktos, Betta mahachai, Betta smaragdina, dan Betta imbellis. Seluruh spesies tersebut merupakan hasil persilangan dari kelompok cupang splendens complex.

Setiap jenis ikan cupang yang banyak beredar memiliki ciri khas yang berbeda. Ciri tersebut membuat mereka dibedakan menjadi dua jenis, yakni cupang hias dan cupang adu.

Ikan Cupang Hias screenshot 5Cupang Hias

Cupang hias merupakan jenis ikan cupang yang dihargai karena keindahannya. Perlombaan cupang hias memiliki beberapa kriteria penilaian yang meliputi bentuk, warna, cara gerak, dan mental.

Ikan cupang hias memiliki bentuk sirip dan ekor yang menjuntai. Struktur tulang sirip dan tulang ekornya juga memiliki bentuk yang khas. Ciri utama ikan cupang hias tentu saja terletak pada warnanya. Warna sisik dan tubuh ikan cupang berwarna terang dan menarik seperti merah, biru, kuning, dan sebagainya.

Selain itu, pergerakan ikan cupang hias juga cukup tenang. Ketika berenang, ikan cupang hias akan melakukan gerakan tenang dan mengibaskan sirip serta ekornya. Gerakan anggun inilah yang disukai oleh para penggemarnya. Ekor dan sirip akan mengembang sempurna ketika sedang melihat musuh atau sedang bercumbu.


Cupang Adu



Berbeda dengan cupang hias, cupang adu dinilai dari keahliannya bertarung. Dari segi bentuk tubuh, ikan cupang adu tampak lebih kokoh dari cupang hias. Ikan ini lebih lebar dan tinggi serta ekornya memiliki besar dan ketebalan yang sama. Bagian ujung ekor terlihat mengecil.

Tak seperti ikan cupang hias yang tenang, gerakan ikan cupang adu lebih agresif. Ketika melihat musuh, siripnya akan mengembang penuh. Mental petarung yang kuat harus dimiliki oleh cupang adu.

Ciri fisik lain yang membedakan antara cupang hias dan cupang adu adalah bibir cupang adu tampak lebih tebal dan kokoh daripada cupang hias. Selain itu, bagian mulut cupang adu terkatup rapat dan tidak menganga. Jika dilihat dari atas, bagian bibir bawah terdapat bintik yang tampak seperti gigi yang runcing.

Senin, 10 Februari 2020

4 Jenis Cupang Mahal, sangat cocok untuk jadi koleksi ikan peliharaan

Di kalangan penggemar, ikan cupang umumnya terbagi atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang aduan, dan cupang liar. Ikan cupang ada yang dikenal dengan mouth breeder yaitu ikan cupang yang mengerami telurnya di dalam mulut serta ada juga yang membangun sarangnya dengan busa atau bublle nest.

Ikan cupang adalah salah satu ikan yang kuat bertahan hidup dalam waktu lama sehingga apabila ikan tersebut ditempatkan di wadah dengan volume air sedikit dan tanpa adanya alat sirkulasi udara atau aerator, ikan ini masih dapat bertahan hidup. Oleh karena itulah ikan cupang banyak sekali digemari dan dipelihara oleh banyak kalangan.

Ikan cupang juga memilki jenis-jenisnya dan juga memiliki harga yang variatif. Mulai harga puluhan ribu hingga puluhan juta rupiah.

1. Ikan cupang Plakat
Plakat merupakan jenis ikan cupang aduan yang paling banyak dijual di pasaran dan paling dicari. Plakat sendiri diambil dari bahasa Thailand yang artinya “tarung”. Konon, tradisi adu ikan cupang aduan sendiri awal mulanya berasal dari negara Thailand sehingga ikan cupang aduan banyak diasosiasikan dengan negara tersebut.
Ikan cupang plakat mempunyai ciri ciri sirip dan ekornya yang pendek. Warnanya sendiri tidak terlalu mencolok dengan tubuhnya cukup besar dan kokoh sehingga sangat pas untuk dijadikan sebagai petarung. Ikan ini juga akan bergerak sangat agresif apabila melihat musuh di dekatnya.

Harga ikan ini bervariatif mulai dari harga ikan cupang plakat anakan berkisar Rp 50.0000 hingga harga ikan cupang plakat juara yang mencapai harga Rp 2.000.000 untuk satu ikan. Woow !!
2. Ikan cupang Giant
Ikan cupang Giant ini merupakan persilangan dari berbagai macam jenis cupang. Ikan cupang giant merupakan sebutan untuk ikan cupang yang memiliki badan yang jauh lebih besar daripada cupang biasanya. Bahkan, ikan cupang giant ini ada yang panjangnya bisa mencapai 10-15 cm.

Ikan cupang giant berasal dari negara Thailand yang banyak ditemukan di sungai-sungai dan danau di sana. Ikan cupang giant sangatlah cocok untuk dijadikan sebagai ikan cupang aduan karena tubuhya yang besar dan lebih agresif. Karena ukurannya yang besar ini maka harganya juga lebih mahal dari ikan cupang biasa.

Untuk harga ikan cupang giant untuk anakan saat ini berkisar Rp 50.000 hingga ikan cupang giant juara petarung berkisar di harga Rp 500.000 hingga Rp 1.000.000.

3. Ikan cupang Double Tail

Ikan cupang double tail terlihat sangat mirip dengan cupang halfmoon yaitu ikan cupang terkenal dengan sebutan bulan sepotong dan cukup popular. Bedanya, ikan ini memiliki ekor yang terbelah atau bercagak dua. Karena karakteristiknya itulah ikan ini akhirnya dinamai dengan double tail alias ekor ganda.
Ikan ini memiliki variasi warna yang cukup beragam. Ikan ini cukup langka di pasaran dan biasanya juga dijual dengan harga yang lebih mahal dari jenis cupang lainnya. Dan sialnya lagi ikan cupang double tail termasuk yang sulit untuk dibudidayakan.
Untuk harga ikan cupang double tail anakan berkisar diantara Rp 100.000 dan untuk harga ikan cupang double tail juara berkisar diantara Rp 2.000.000.

4. Ikan cupang Halfmoon
  
Ikan cupang halfmoon merupakan salah satu jenis ikan cupang diantara sekian jenis yang lain yakni ikan cupang fighter, ikan cupang plakat, ikan cupang double tail, dan ikan cupang crowntail.

Karena sirip ekornya yang mekar dengan bentuk setengah lingkaran maka ikan cupang ini dinamai halfmoon. Dibanding dengan ikan cupang fghter yang lebih sering dimanfaatkan untuk kontes adu ikan cupang, maka ikan cupang halfmoon ini lebih dilihat dari sisi keindahannya. Sudah sering sekali diadakan kontes ikan cupang halfmoon untuk tanding keindahan siripnya. Maka dari itulah harga ikan cupang halfmoon juga cenderung lebih mahal. Dari bibit kecil saja sudah bisa berharga puluhan ribu dan dewasanya bisa mencapai ratusan ribu bahkan jutaan rupiah.